EXELLENT WEBINAR: Proxmox VE - Virtualisasi Andal untuk Bisnis Anda



EXELLENT WEBINAR
PROXMOX VE - Virtualisasi Andal untuk Bisnis Anda

Oleh:
PT. Excellent Infotama Kreasindo


Rabu, 14 Mei 2025
via Zoom Meeting




PROXMOX VE
Virtualisasi Andal untuk Bisnis Anda
 

Virtualisasi telah menjadi teknologi kunci dalam meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam pengelolaan server. Salah satu platform virtualisasi yang banyak digunakan adalah Proxmox VE, yang menawarkan solusi andal untuk manajemen infrastruktur TI. Webinar yang diselenggarakan oleh PT. Excellent Infotama Kreasindo, Gold Partner Proxmox di Indonesia, membahas berbagai aspek mengenai Proxmox VE, termasuk fitur unggulan, cara mengelola infrastruktur virtual, serta manfaatnya bagi dunia bisnis. Dengan kemampuan untuk mengintegrasikan Virtual Machine dan Container, serta fitur manajemen yang komprehensif, Proxmox VE menjadi pilihan tepat bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efisiensi operasional. Artikel ini menyajikan rangkuman dari materi yang dibahas dalam webinar, sehingga dapat menjadi referensi bagi para profesional yang ingin memahami lebih dalam mengenai Proxmox VE dan implementasinya dalam lingkungan bisnis.

Webinar "Proxmox - Virtualisasi Andal untuk Bisnis Anda" diselenggarakan oleh PT Excellent Infotama Kreasindo, sebuah perusahaan yang memiliki rekam jejak yang kuat dalam penyediaan solusi teknologi informasi. Berdasarkan informasi yang disampaikan, PT Excellent Infotama Kreasindo merupakan Zimbra Gold Partner Solution Partner di Indonesia, menunjukkan keahliannya dalam solusi kolaborasi dan komunikasi.
Perusahaan ini juga tercatat sebagai partner Proxmox sejak tahun 2016. Pengakuan atas kompetensi PT Excellent Infotama Kreasindo dalam layanan Proxmox semakin ditegaskan dengan diraihnya predikat "Gold Partner" pada Februari 2025. Status Gold Partner ini mengindikasikan tingkat keahlian dan komitmen yang tinggi dalam implementasi dan dukungan solusi virtualisasi Proxmox.
Sebagai mitra terpercaya, PT Excellent Infotama Kreasindo menjalin kerjasama dengan berbagai penyedia teknologi terkemuka lainnya, termasuk Proxmox, Zimbra, Nakivo, Mailborder, Comodo, VMware, dan Untangle. Kemitraan ini memperluas cakupan solusi yang dapat ditawarkan kepada pelanggan, memastikan bisnis dapat memanfaatkan teknologi terbaik yang sesuai dengan kebutuhan spesifiknya.

Webinar ini membahas tuntas Proxmox Virtual Environment (VE) sebagai solusi virtualisasi yang andal untuk bisnis. Sesi awal memberikan Overview Proxmox, meliputi arsitektur dan keunggulannya. Selanjutnya, dibahas strategi Migrasi ke Proxmox VE untuk transisi infrastruktur virtual. Konsep Clustering dijelaskan untuk meningkatkan ketersediaan dan skalabilitas sumber daya. Integrasi Shared Storage - Ceph sebagai solusi penyimpanan terdistribusi juga menjadi fokus. Fitur penting seperti Live Migration & High Availability untuk menjaga kelangsungan operasional diulas secara mendalam. Terakhir, strategi Backup & Restore dibahas untuk memastikan keamanan dan pemulihan data. Secara keseluruhan, webinar ini memberikan pemahaman komprehensif tentang implementasi dan pengelolaan Proxmox untuk kebutuhan virtualisasi bisnis.

OVERVIEW PROXMOX VE


Proxmox Server Solutions GmbH., sebuah perusahaan yang berbasis di Wina, Austria, didirikan pada tahun 2005 oleh Martin Maurer dan Dietmar Maurer sebagai pengembang solusi open source untuk manajemen server. Perusahaan ini telah menghasilkan beberapa produk unggulan, di antaranya Proxmox Mail Gateway yang diperkenalkan pada tahun 2005 sebagai solusi keamanan email dengan kemampuan penyaringan spam. Kemudian, pada tahun 2008, hadir Proxmox Virtual Environment (VE) yang merupakan solusi virtualisasi server dan menjadi fokus utama dalam webinar ini. Melengkapi jajaran produknya, pada tahun 2020, Proxmox meluncurkan Proxmox Backup Server, sebuah solusi backup tingkat lanjut yang dirancang khusus untuk lingkungan Proxmox VE. Rangkaian produk ini menegaskan peran Proxmox sebagai penyedia solusi open source yang komprehensif dalam ranah virtualisasi dan manajemen infrastruktur TI.

Proxmox Virtual Environment (VE) merupakan solusi virtualisasi open source yang dirancang untuk manajemen mesin virtual berbasis Kernel-based Virtual Machine (KVM) dan container berbasis LXC. Platform ini menawarkan antarmuka web yang intuitif, memudahkan pengelolaan infrastruktur virtual. Salah satu keunggulan utama Proxmox VE adalah dukungannya terhadap implementasi multi-server atau clustering. Fitur clustering ini memungkinkan penggabungan beberapa server fisik menjadi satu kesatuan sumber daya komputasi yang terkelola secara terpusat, meningkatkan ketersediaan dan skalabilitas. Selain itu, Proxmox VE juga dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan lainnya, termasuk clustering itu sendiri, live migration yang memungkinkan pemindahan mesin virtual tanpa downtime, high availability untuk memastikan kelangsungan layanan, dukungan terhadap berbagai format penyimpanan, serta fitur built-in untuk backup dan restore. Kombinasi fitur-fitur canggih dan sifatnya yang open source menjadikan Proxmox VE sebagai pilihan yang menarik untuk berbagai kebutuhan virtualisasi.

Salah satu aspek penting dari Proxmox Virtual Environment (VE) adalah dukungannya terhadap berbagai jenis penyimpanan. Tampilan antarmuka menunjukkan opsi storage yang beragam, termasuk local, local-zfs, NFS, dan pbspbackup (Proxmox Backup Server). Fleksibilitas ini memungkinkan administrator untuk memilih jenis penyimpanan yang paling sesuai dengan kebutuhan performa, redundansi, dan anggaran. Integrasi dengan berbagai sistem penyimpanan memudahkan adaptasi Proxmox VE dalam berbagai lingkungan infrastruktur. Selain fleksibilitas penyimpanan, Proxmox VE juga menyediakan kemampuan monitoring yang komprehensif terhadap mesin virtual (VM). Pada tampilan yang sama, terlihat contoh VM monitoring yang menampilkan informasi penting seperti status (running), HA state, node tempat VM berjalan, penggunaan CPU, penggunaan memori, dan ukuran boot disk. Grafik penggunaan memori secara real-time memberikan visibilitas terhadap alokasi dan pemakaian sumber daya oleh VM. Kemampuan monitoring ini sangat penting untuk memastikan performa optimal dan mengidentifikasi potensi masalah sejak dini. Dengan dukungan berbagai jenis storage dan kemampuan monitoring VM yang terintegrasi, Proxmox VE menawarkan platform yang lengkap dan mudah dikelola.

Proxmox Virtual Environment (VE) menawarkan sejumlah fitur unggulan yang menjadikannya pilihan menarik untuk solusi virtualisasi. Sebagai platform open-source & free, penggunaan Proxmox VE tidak memerlukan biaya lisensi, menjadikannya solusi yang ekonomis. Platform ini berbasis Debian Linux, yang dikenal dengan kestabilan dan keamanannya. Proxmox VE juga mendukung migrasi dari ESXi dan platform lain, memudahkan transisi dari infrastruktur virtual yang sudah ada. Fitur built-in clustering memungkinkan penggabungan beberapa server menjadi satu sumber daya terpadu, meningkatkan ketersediaan dan skalabilitas. Untuk perlindungan data, tersedia built-in backup tool yang memudahkan proses pencadangan dan pemulihan. Fitur Live Migration & High Availability memastikan kelangsungan operasional dengan kemampuan memindahkan mesin virtual tanpa downtime dan menjaga layanan tetap berjalan jika terjadi kegagalan hardware. Proxmox VE mendukung KVM & LXC, memberikan fleksibilitas dalam memilih jenis virtualisasi yang sesuai dengan kebutuhan. Terakhir, model lisensi per socket subscription untuk fitur enterprise memberikan opsi yang jelas dan terukur bagi pengguna skala besar. Kombinasi fitur-fitur ini menjadikan Proxmox VE sebagai solusi virtualisasi yang kuat, fleksibel, dan efisien.

FITUR PROXMOX VE:
Migrasi dari Platform Lain


Proxmox Virtual Environment (VE) menyediakan berbagai fasilitas untuk mempermudah proses import mesin virtual (VM) dari platform lain. Salah satu metodenya adalah menggunakan Native Tool "Import from ESXi". Fitur ini dirancang khusus untuk melakukan migrasi VM dari lingkungan VMware ESXi secara langsung, menyederhanakan proses transisi bagi pengguna yang sebelumnya menggunakan platform tersebut. Selain itu, Proxmox VE juga mendukung Import file VM dari format standar seperti .ovf dan .vmdk. Fleksibilitas ini memungkinkan import VM dari berbagai platform virtualisasi yang mendukung format tersebut. Terakhir, Proxmox VE juga memungkinkan penggunaan aplikasi pihak ketiga seperti Clonezilla. Aplikasi-aplikasi ini dapat digunakan untuk melakukan proses migrasi yang lebih kompleks atau disesuaikan dengan kebutuhan spesifik. Dengan beragam opsi import VM ini, Proxmox VE memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mengintegrasikan infrastruktur virtual yang sudah ada ke dalam lingkungan Proxmox.

Proses import mesin virtual secara langsung dari lingkungan VMware ESXi ke Proxmox VE dapat dilakukan dengan menggunakan fitur Native Tool "Import from ESXi". Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghubungkan Proxmox VE dengan server ESXi. Koneksi ini dilakukan melalui antarmuka web Proxmox VE. Pengguna perlu memilih Datacenter, kemudian navigasi ke menu Add Storage, dan memilih opsi ESXi. Setelah itu, sistem akan meminta pengguna untuk memasukkan detail server ESXi. Informasi yang dibutuhkan biasanya meliputi ID server, alamat IP server ESXi, username, dan password untuk otentikasi. Setelah detail server ESXi dimasukkan dan berhasil diverifikasi, Proxmox VE akan dapat mengakses daftar mesin virtual yang ada di server ESXi tersebut. Ilustrasi pada gambar menunjukkan jendela "Add ESXi" di mana detail server ESXi dimasukkan. Setelah koneksi berhasil dibuat, sumber penyimpanan ESXi akan muncul dalam daftar storage pada Proxmox VE, memungkinkan pengguna untuk memilih dan melakukan import mesin virtual yang diinginkan. Penggunaan native tool ini menyederhanakan proses migrasi dari ESXi ke Proxmox VE secara signifikan.


Setelah berhasil menghubungkan Proxmox VE dengan server ESXi, langkah selanjutnya dalam proses import menggunakan Native Tool adalah memilih mesin virtual (VM) yang akan dimigrasikan. Pada antarmuka Proxmox VE, pengguna dapat menavigasi ke sumber penyimpanan ESXi yang telah ditambahkan, kemudian memilih opsi Virtual Guests. Daftar mesin virtual yang berada di server ESXi akan ditampilkan. Pengguna perlu memilih VM yang diinginkan, lalu klik tombol Import.
Setelah memilih VM, jendela konfigurasi import akan muncul. Jendela ini memungkinkan pengguna untuk meninjau dan menyesuaikan berbagai parameter VM sebelum proses import dimulai. Informasi seperti VM ID, nama VM, jumlah socket dan core CPU, alokasi memori, serta sistem operasi yang terdeteksi akan ditampilkan. Pengguna juga dapat memilih target storage di Proxmox VE untuk VM yang akan diimport, serta konfigurasi jaringan. Opsi Live Import juga tersedia, yang memungkinkan proses import dimulai meskipun VM masih berjalan di server ESXi (dengan beberapa catatan dan potensi risiko inkonsistensi data). Setelah konfigurasi sesuai, tombol Import dapat diklik untuk memulai proses migrasi VM dari ESXi ke lingkungan Proxmox VE.


Setelah proses import menggunakan Native Tool selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan verifikasi bahwa mesin virtual (VM) telah berhasil dimigrasikan ke lingkungan Proxmox VE. Gambar menunjukkan tampilan antarmuka Proxmox VE setelah proses import selesai. VM yang sebelumnya dipilih untuk dimigrasikan, dalam contoh ini bernama "121 (Test-Zaidan)", kini terdaftar sebagai salah satu mesin virtual yang dikelola oleh Proxmox VE pada node "pve61". Untuk memastikan VM berfungsi dengan baik, administrator dapat melakukan beberapa langkah verifikasi. Salah satunya adalah dengan mengakses Console dari VM tersebut melalui antarmuka web Proxmox VE. Tampilan console yang berhasil terbuka dan menampilkan sistem operasi VM yang berjalan (dalam contoh ini terlihat desktop Ubuntu) mengindikasikan bahwa proses migrasi berjalan sukses. Informasi detail mengenai konfigurasi hardware, network, dan storage VM yang telah diimport juga dapat diperiksa melalui menu Hardware dan Options pada VM tersebut. Keberhasilan VM tampil dan dapat diakses melalui console menandakan bahwa proses migrasi dari ESXi ke Proxmox VE telah berhasil diselesaikan menggunakan Native Tool.


Selain menggunakan Native Tool untuk migrasi dari ESXi, Proxmox VE juga memungkinkan import mesin virtual (VM) dari file dengan format standar seperti .ovf atau .vmdk. Untuk melakukan import melalui metode ini, terdapat beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Pertama, dibutuhkan VM kosong yang telah dibuat di Proxmox VE sebagai wadah untuk file VM yang akan diimport. Proses pembuatan VM kosong ini melibatkan konfigurasi dasar seperti nama VM, alokasi memori, dan konfigurasi awal hard disk (yang nantinya akan ditimpa oleh file import). Kedua, file VM yang akan diimport dalam format yang didukung (misalnya .vmdk) harus tersedia dan dapat diakses oleh server Proxmox VE. Gambar mengilustrasikan proses import file .vmdk ke dalam VM kosong bernama "Virtual Machine 121 (VM-import)". Pada jendela konfigurasi hardware VM kosong, terlihat hard disk yang sebelumnya dibuat (dalam contoh ini "Hard Disk (scsi0)") akan diganti atau ditimpa dengan data dari file .vmdk yang diimport. Jendela terminal di sisi kanan menampilkan proses import disk yang sedang berjalan. Informasi mengenai file sumber yang diimport (/var/lib/vz/upload/...) dan target VM (VM 121) ditampilkan, beserta progres transfer data dalam persentase. Proses ini akan mentransfer data dari file VM yang dipilih ke virtual disk dari VM kosong yang telah disiapkan di Proxmox VE. Setelah proses import selesai, VM akan dapat dijalankan dengan data yang berasal dari file yang diimport.


Selain menggunakan Native Tool untuk migrasi dari ESXi, Proxmox VE juga memungkinkan import mesin virtual (VM) dari file dengan format standar seperti .ovf atau .vmdk. Untuk melakukan import melalui metode ini, terdapat beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Pertama, dibutuhkan VM kosong yang telah dibuat di Proxmox VE sebagai wadah untuk file VM yang akan diimport. Proses pembuatan VM kosong ini melibatkan konfigurasi dasar seperti nama VM, alokasi memori, dan konfigurasi awal hard disk (yang nantinya akan ditimpa oleh file import). Kedua, file VM yang akan diimport dalam format yang didukung (misalnya .vmdk) harus tersedia dan dapat diakses oleh server Proxmox VE. Gambar mengilustrasikan proses import file .vmdk ke dalam VM kosong bernama "Virtual Machine 121 (VM-import)". Pada jendela konfigurasi hardware VM kosong, terlihat hard disk yang sebelumnya dibuat (dalam contoh ini "Hard Disk (scsi0)") akan diganti atau ditimpa dengan data dari file .vmdk yang diimport. Jendela terminal di sisi kanan menampilkan proses import disk yang sedang berjalan. Informasi mengenai file sumber yang diimport (/var/lib/vz/upload/...) dan target VM (VM 121) ditampilkan, beserta progres transfer data dalam persentase. Proses ini akan mentransfer data dari file VM yang dipilih ke virtual disk dari VM kosong yang telah disiapkan di Proxmox VE. Setelah proses import selesai, VM akan dapat dijalankan dengan data yang berasal dari file yang diimport.


Setelah berhasil menetapkan unused disk sebagai hard disk aktif pada mesin virtual (VM), langkah selanjutnya adalah mengatur boot order VM agar sistem dapat melakukan booting dari disk yang baru diimport tersebut. Pada konfigurasi Options VM, terdapat opsi Boot Order. Pengaturan boot order menentukan urutan perangkat yang akan dicoba untuk booting saat VM dinyalakan. Pastikan hard disk (biasanya terdeteksi sebagai scsi0 atau ide0) berada pada urutan pertama agar VM melakukan booting dari disk yang berisi sistem operasi hasil import. Selain itu, opsi Start at boot juga perlu diaktifkan (diset ke "Yes") jika diinginkan agar VM otomatis berjalan setelah server Proxmox VE dinyalakan. Gambar di sisi kanan menunjukkan bahwa VM hasil import berhasil dijalankan. Setelah boot order diatur dengan benar, VM dapat dinyalakan dan akan menampilkan sistem operasi yang sebelumnya ada pada file VM yang diimport. Dalam contoh ini, terlihat tampilan awal sistem operasi Ubuntu yang berjalan di dalam VM "Virtual Machine 121 (VM-import)". Keberhasilan menjalankan VM dan menampilkan sistem operasi menandakan bahwa proses import file VM ke Proxmox VE telah berhasil secara keseluruhan. Administrator kini dapat melanjutkan konfigurasi lebih lanjut pada VM yang telah dimigrasikan sesuai dengan kebutuhan.


Selain fitur bawaan import, Proxmox VE juga mendukung penggunaan aplikasi pihak ketiga untuk migrasi server, salah satunya adalah Clonezilla. Clonezilla merupakan tool open source yang berfungsi untuk melakukan cloning disk berbasis image. Aplikasi ini mendukung berbagai format disk dan dapat digunakan untuk berbagai skenario migrasi server.
Gambar mengilustrasikan tahapan migrasi server menggunakan Clonezilla. Langkah pertama adalah set as source server, di mana server sumber yang akan dimigrasikan disiapkan. Pada tampilan Clonezilla, beberapa opsi cloning tersedia, termasuk cloning disk atau partisi menjadi image. Untuk migrasi server, opsi yang dipilih biasanya adalah membuat image dari seluruh disk atau partisi sistem.
Langkah kedua adalah persiapan clone disk/migrasi pada server tujuan (Proxmox VE). Proses ini melibatkan konfigurasi Clonezilla pada server tujuan untuk menerima image yang akan ditransfer dari server sumber. Koneksi jaringan antara server sumber dan tujuan perlu dipastikan berfungsi dengan baik. Pada contoh tampilan, terlihat konfigurasi jaringan dan target disk di server tujuan sedang dipersiapkan melalui antarmuka Clonezilla. Setelah kedua sisi (sumber dan tujuan) siap, proses transfer image dapat dimulai. Clonezilla akan menyalin seluruh data dari disk server sumber ke disk virtual di server tujuan Proxmox VE. Metode ini efektif untuk migrasi server fisik ke virtual (P2V) atau antar lingkungan virtual yang berbeda.


Setelah server sumber disiapkan untuk cloning menggunakan Clonezilla, tahapan selanjutnya adalah konfigurasi di sisi tujuan, yaitu server Proxmox VE. Pada tampilan Clonezilla di server tujuan (destination), opsi yang dipilih harus sesuai dengan mode transfer yang digunakan di server sumber. Jika server sumber bertindak sebagai server Clonezilla, maka di sisi tujuan perlu dipilih mode yang sesuai untuk menerima koneksi dari server sumber.
Gambar di sisi kiri menunjukkan tampilan menu Clonezilla di server tujuan. Pilihan yang disorot adalah opsi yang berkaitan dengan mode remote device cloning. Pemilihan opsi yang tepat di sisi tujuan akan memungkinkan server Proxmox VE untuk terhubung ke server sumber Clonezilla dan menerima image disk yang ditransfer.
Gambar di sisi kanan mengilustrasikan langkah memasukkan alamat IP server asal (server sumber Clonezilla) pada server tujuan. Informasi IP address server sumber diperlukan agar server tujuan dapat menemukan dan terhubung dengan server yang mengirimkan image disk. Setelah alamat IP server sumber dimasukkan dengan benar, proses transfer image dari server sumber ke disk virtual di server Proxmox VE akan dimulai. Keberhasilan koneksi dan transfer data akan bergantung pada konfigurasi jaringan dan opsi Clonezilla yang dipilih di kedua sisi.


Setelah konfigurasi di kedua sisi (sumber dan tujuan) selesai, proses migrasi menggunakan Clonezilla akan berjalan. Gambar di sisi kiri menampilkan proses migrasi yang sedang berlangsung di antarmuka Clonezilla. Informasi mengenai partisi yang sedang di-clone (/dev/sda2), file sistem (EXTFS), ukuran disk, ruang terpakai, dan perkiraan waktu selesai ditampilkan. Indikator progress bar untuk Data Block Process dan Total Block Process memberikan visualisasi mengenai sejauh mana proses transfer data telah berjalan. Pemantauan proses ini penting untuk memastikan migrasi berjalan lancar dan memperkirakan waktu yang dibutuhkan hingga selesai.
Setelah proses migrasi Clonezilla selesai, langkah terakhir adalah memverifikasi bahwa mesin virtual (VM) hasil migrasi dapat berjalan dengan baik di lingkungan Proxmox VE. Gambar di sisi kanan menunjukkan tampilan VM berhasil dijalankan di Proxmox VE. Dalam contoh ini, sistem operasi Ubuntu berhasil di-booting di dalam VM. Keberhasilan menjalankan sistem operasi menandakan bahwa proses migrasi menggunakan Clonezilla telah berhasil menyalin data dari server sumber ke VM di Proxmox VE dengan baik. Administrator kini dapat melanjutkan konfigurasi dan pengujian lebih lanjut pada VM yang telah dimigrasikan.

FITUR PROXMOX VE:
Clustering



Clustering dalam Proxmox Virtual Environment (VE) merujuk pada pengelompokan atau grouping beberapa server Proxmox VE menjadi satu kesatuan sistem yang terkelola secara terpusat. Arsitektur clustering Proxmox VE bersifat multi-master, yang berarti tidak ada satu node master tunggal yang menjadi titik kegagalan. Setiap node dalam cluster memiliki kemampuan yang sama untuk mengelola cluster secara keseluruhan.
Implementasi clustering merupakan syarat untuk mengaktifkan fitur Live Migration dan High Availability (HA). Live Migration memungkinkan pemindahan mesin virtual antar node dalam cluster tanpa mengalami downtime, sementara HA secara otomatis memindahkan dan menjalankan kembali mesin virtual ke node lain yang sehat jika terjadi kegagalan pada salah satu node.
Untuk membuat atau bergabung dengan cluster Proxmox VE, langkah-langkahnya dapat diakses melalui menu Datacenter > Cluster > Create/Join Cluster pada antarmuka web Proxmox VE. Gambar di bagian bawah menampilkan jendela informasi cluster yang menunjukkan nama cluster (ProxmoxCluster) dan daftar node yang tergabung dalam cluster (pve1, pve3, pve2) beserta ID masing-masing node. Dengan adanya clustering, pengelolaan infrastruktur virtual menjadi lebih efisien, ketersediaan layanan meningkat, dan toleransi terhadap kegagalan hardware menjadi lebih baik.

FITUR PROXMOX VE:
Shared Storage dengan Ceph


Shared storage merujuk pada sistem penyimpanan yang dirancang untuk dapat diakses secara bersamaan oleh beberapa server atau node dalam sebuah cluster. Penggunaan shared storage memiliki peran krusial dalam implementasi fitur-fitur tingkat lanjut seperti live migration, high availability, dan skalabilitas dalam lingkungan Proxmox VE. Dengan shared storage, data mesin virtual (VM) tersimpan di lokasi terpusat yang dapat diakses oleh semua node dalam cluster. Hal ini memungkinkan VM untuk dipindahkan antar node secara langsung (live migration) atau diaktifkan kembali di node lain jika terjadi kegagalan (high availability), karena data VM tetap tersedia. Selain itu, shared storage juga mempermudah penambahan kapasitas penyimpanan dan pengelolaan data secara terpusat, mendukung skalabilitas infrastruktur virtual. Proxmox VE mendukung berbagai teknologi shared storage, termasuk NFS (Network File System), Ceph, iSCSI (Internet Small Computer Systems Interface), ZFS (Zettabyte File System), dan GlusterFS. Dukungan terhadap berbagai opsi ini memberikan fleksibilitas kepada administrator untuk memilih solusi shared storage yang paling sesuai dengan kebutuhan performa, keandalan, dan anggaran.


Ceph merupakan sebuah sistem penyimpanan terdistribusi yang bersifat open-source. Keunggulan utama Ceph adalah kemampuannya untuk menyediakan penyimpanan yang scalable, reliable, dan memiliki fitur self-healing. Skalabilitas Ceph memungkinkan penambahan kapasitas penyimpanan dan performa secara linear seiring dengan penambahan perangkat keras. Keandalan Ceph dicapai melalui replikasi dan erasure coding data, sehingga toleran terhadap kegagalan hardware. Fitur self-healing memungkinkan Ceph untuk secara otomatis mendeteksi dan memperbaiki masalah atau kegagalan dalam cluster penyimpanan.
Ceph terintegrasi dengan baik dengan Proxmox VE, menjadikannya pilihan yang menarik untuk implementasi shared storage dalam lingkungan virtualisasi. Integrasi ini memudahkan pengelolaan penyimpanan Ceph langsung dari antarmuka Proxmox VE.
Beberapa komponen kunci dalam arsitektur Ceph meliputi Monitor, yang bertugas menjaga peta cluster dan status komponen; Manager, yang menyediakan informasi statistik dan antarmuka manajemen; dan Object Storage Daemon (OSD), yang merupakan proses yang menyimpan data aktual. Kombinasi komponen-komponen ini memungkinkan Ceph untuk menyediakan solusi penyimpanan yang tangguh dan fleksibel untuk kebutuhan virtualisasi Proxmox VE.

FITUR PROXMOX VE:
Live Migration & high Availability


Live Migration merupakan kemampuan untuk memindahkan mesin virtual (VM) dari satu server fisik (node) ke server fisik lainnya dalam cluster Proxmox VE dalam keadaan aktif atau tanpa mematikan VM tersebut. Fitur ini sangat penting untuk menjaga ketersediaan layanan dan fleksibilitas pengelolaan infrastruktur virtual. Agar Live Migration dapat dilakukan, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu keberadaan clustering yang telah terkonfigurasi pada Proxmox VE dan penggunaan shared storage yang dapat diakses oleh semua node dalam cluster. Shared storage memastikan bahwa data VM tetap tersedia meskipun VM dipindahkan ke node lain.
Salah satu contoh use case utama dari Live Migration adalah saat server fisik perlu dilakukan perbaikan atau maintenance. Dengan Live Migration, VM yang berjalan di server tersebut dapat dipindahkan terlebih dahulu ke server lain yang sehat tanpa mengganggu layanan yang sedang berjalan. Setelah maintenance selesai, VM dapat dipindahkan kembali ke server semula jika diperlukan.
Gambar mengilustrasikan proses Live Migration. Pada antarmuka Proxmox VE, dengan klik kanan pada VM yang ingin dipindahkan (dalam contoh ini "VM 102"), terdapat opsi Migrate. Setelah dipilih, akan muncul jendela "Migrate VM [Nama VM]" yang memungkinkan administrator untuk memilih Target node tujuan migrasi (dalam contoh ini dari "pve1" ke "pve2"). Mode migrasi juga dapat dipilih (Online). Setelah konfigurasi target node, tombol Migrate dapat diklik untuk memulai proses pemindahan VM secara langsung tanpa menghentikan layanannya.


High Availability (HA) adalah fitur yang memungkinkan migrasi VM secara otomatis ke host lain dalam cluster jika host asal terdeteksi mengalami down atau kegagalan. Tujuan utama HA adalah untuk meminimalkan downtime dan memastikan kelangsungan layanan penting secara otomatis tanpa intervensi manual. Sama seperti Live Migration, syarat utama untuk mengimplementasikan HA adalah keberadaan clustering dan penggunaan shared storage. Selain itu, untuk mencapai tingkat ketersediaan yang lebih baik dan menghindari split-brain scenario, disarankan untuk memiliki minimum 3 host dalam cluster HA.
Use case utama dari HA adalah dalam skenario disaster recovery. Jika terjadi kegagalan pada salah satu server fisik, sistem HA akan secara otomatis mendeteksi kondisi tersebut dan memindahkan VM yang berjalan di server yang gagal ke server lain yang masih aktif dalam cluster. Proses ini terjadi secara otomatis, sehingga layanan dapat pulih dengan cepat. Gambar mengilustrasikan konfigurasi HA pada Proxmox VE. Pada menu HA, terlihat daftar VM yang dikonfigurasi untuk HA (vm: 101 dan vm: 102) beserta statusnya (started dan starting) dan node tempat VM tersebut berjalan. Informasi mengenai status cluster HA secara keseluruhan (quorum OK, status node master dan anggota lainnya) juga ditampilkan. Ilustrasi di sisi kanan menggambarkan skenario disaster recovery di mana satu server mengalami kegagalan (ditandai dengan ikon X merah), dan VM yang sebelumnya berjalan di server tersebut secara otomatis dipindahkan dan dijalankan di server lain yang sehat (ditandai dengan ikon centang hijau).

FITUR PROXMOX VE:
Backup & Restore



Proxmox Virtual Environment (VE) menyediakan fitur built-in Backup yang memudahkan proses pencadangan mesin virtual (VM). Untuk membuat pekerjaan backup baru, pengguna dapat memilih opsi Create: Backup Job. Jendela konfigurasi backup job memungkinkan pengaturan berbagai parameter, termasuk node yang akan di-backup, target storage untuk menyimpan file backup, jadwal backup (harian, mingguan, bulanan, atau kustom), mode seleksi VM (semua atau VM terpilih), opsi kompresi, mode notifikasi email, dan retensi backup (berapa lama backup akan disimpan). Gambar menampilkan contoh konfigurasi jadwal backup yang dapat dipilih, mulai dari setiap 30 menit hingga setiap awal tahun.
Selain fitur built-in, terdapat opsi lain untuk melakukan backup, yaitu dengan menggunakan Proxmox Backup Server. Proxmox Backup Server adalah solusi backup terdedikasi dari Proxmox yang menawarkan fitur-fitur tingkat lanjut seperti deduplikasi dan enkripsi, serta integrasi yang lebih mendalam dengan Proxmox VE. Opsi lainnya adalah menggunakan third party service seperti Nakivo dan Veeam. Layanan pihak ketiga ini juga menawarkan solusi backup yang komprehensif untuk lingkungan virtual Proxmox VE dengan fitur dan kemampuan yang beragam sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan berbagai opsi backup yang tersedia, data mesin virtual dalam lingkungan Proxmox VE dapat terlindungi dengan baik dari potensi kehilangan data akibat kegagalan sistem atau bencana.


Langkah awal dalam membuat backup job adalah mengakses menu Storage pada node atau cluster yang diinginkan. Pada tab Backups, pengguna dapat melihat daftar backup yang sudah ada dan membuat job baru. Untuk membuat job baru, biasanya terdapat tombol atau opsi "Add" atau "Create Backup Job". Setelah opsi tersebut dipilih, jendela konfigurasi backup job akan muncul (seperti yang terlihat pada slide sebelumnya). Pada jendela ini, administrator dapat menentukan berbagai parameter backup, termasuk node dan VM yang akan di-backup, target storage untuk menyimpan file backup, jadwal pelaksanaan backup, opsi seleksi VM, pengaturan kompresi, notifikasi email, dan kebijakan retensi backup.


Untuk melakukan restore, pengguna perlu memilih VM yang ingin dipulihkan (atau VM baru jika ingin memulihkan ke VM yang berbeda), kemudian navigasi ke menu Backup. Pada tab Backup, akan terlihat daftar file backup yang tersedia untuk VM tersebut. Untuk memulai proses restore, pilih file backup yang diinginkan, lalu klik tombol Restore. Akan muncul jendela konfigurasi restore yang memungkinkan pengguna untuk menentukan target storage untuk VM yang dipulihkan, serta opsi lain seperti overwrite jika VM dengan ID yang sama sudah ada. Setelah konfigurasi restore sesuai, tombol "Restore" akan memulai proses pemulihan data dari file backup ke VM yang dituju.

Proxmox Backup Server merupakan solusi backup terpisah yang dioptimalkan secara khusus untuk backup lingkungan Proxmox VE. Berbeda dengan fitur backup built-in, Proxmox Backup Server diinstal di luar server Proxmox VE, biasanya pada server khusus atau appliance. Arsitektur terpisah ini memberikan keuntungan dalam hal performa dan isolasi sumber daya backup. Salah satu fitur unggulan dari Proxmox Backup Server adalah incremental backup. Metode ini hanya mencadangkan perubahan data sejak backup terakhir, sehingga menghemat ruang penyimpanan dan waktu backup. Fitur penting lainnya adalah deduplication, yang menghilangkan data yang redundant di seluruh backup, semakin mengoptimalkan penggunaan ruang penyimpanan.
Gambar menampilkan antarmuka Proxmox Backup Server saat menambahkan job sinkronisasi atau push. Job ini memungkinkan konfigurasi target remote untuk menyimpan salinan backup. Parameter seperti target remote, user, passphare, dan jadwal sinkronisasi dapat diatur. Penggunaan Proxmox Backup Server sebagai solusi backup memberikan kemampuan yang lebih canggih dan efisien untuk melindungi data dalam skala besar pada lingkungan Proxmox VE.

Nakivo Backup & Replication, sebuah solusi backup pihak ketiga yang mendukung lingkungan Proxmox VE. Nakivo menawarkan wizard untuk membuat backup job baru, yang terdiri dari beberapa langkah seperti Source (pemilihan VM yang akan di-backup), Destination (pemilihan lokasi penyimpanan backup), dan Schedule (pengaturan jadwal backup). Pada contoh tampilan wizard, terlihat opsi untuk menjalankan backup sesuai permintaan (run on demand) atau berdasarkan jadwal yang ditentukan (misalnya, harian pada pukul 21:00). Kebijakan retensi backup juga dapat dikonfigurasi, menentukan berapa lama backup akan disimpan.
Di sisi kanan, terlihat tampilan dashboard Nakivo yang menampilkan informasi mengenai job backup untuk Proxmox VE. Detail job seperti status, waktu backup terakhir, dan jadwal backup berikutnya dapat dilihat. Informasi di bagian bawah slide menyebutkan bahwa Nakivo Backup & Replication saat ini sudah mendukung Agentless Proxmox VE Backup, yang berarti proses backup dapat dilakukan tanpa perlu menginstal agen apapun di dalam mesin virtual Proxmox VE, menyederhanakan proses implementasi dan pengelolaan backup. Penggunaan solusi pihak ketiga seperti Nakivo memberikan alternatif dengan fitur-fitur spesifik dan integrasi yang mungkin lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pengguna.


Komentar